BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare akut atau juga sering
disebut gastroenteritis masih merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari
daftar urutan penyebab kunjungan puskesmas / balai pengobatan, hamper selalu
termasuk diantara 1.000 penduduk setiap tahunnya. Penderita diare di Indonesia
diperkirakan ditemukan sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar
(70-80%) dari penderita ini adalah anak dibawah umur 5 tahun (+ 40 juta
kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari satu kaji kejadian
diare, sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh kedalam dehidrasi dan kalau
tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.
(Sudaryat, Suraatmaja, 2005)
Hasil
riset kesehatan dasar (Riskesdes) oleh badan penelitian dan pengembangan
kesehatan (balitbangkes) tahun 2008 penyebab kematian bayi yang terbanyak
adalah diare 31,4% sedangkan penyebab kematian anak yang terbanyak adalah diare
25,2%.
Pembangunan
kesehatan secara umum bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin baik individu, keluarga maupun masyarakat. Menyadari pentingnya peranan
kesehatan tersebut, maka sebagai tenaga kesehatan dituntut berperan aktif
melalui usaha promotif yaitu upaya peningkatan kesehatan preventif yaitu
pencegahan penyakit, kuratif yaitu penyembuhan penyakit melalui pengobatan dan
rehabilitatif yaitu pemulihan kesehatan kepada tiap-tiap individu dan
masyarakat agar selalu menjaga, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
seoptimal mungkin.
(Sudaryat, Suraatmaja, 2005)
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui penyebab infesi puerperalis
2. Melakukan
pemecahan masalah dengan metode PDCA pada infeksi puerperalis di Rumah Sakit
BAB 2
LANDASAN TEORI
PENILAIAN MUTU
PELAYANAN KEBIDANAN
MENGGUNAKAN SIKLUS PDCA
1.
Penilaian Mutu
Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman,
yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah
mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak (Roemer dalam Amirudin, 2007). Mutu merupakan
kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Saifudin, 2006).
Dimensi mutu
pelayanan kebidanan adalah :
·
Kompetensi
Teknis (Technical competence)
·
Akses
terhadap
pelayanan(Access to
service)
·
Efektivitas
(Effectiveness)
·
Efisiensi
(Efficiency)
·
Kontinuitas
(Continuity)
·
Keamanan
(Safety)
·
Hubungan
antar manusia (Interpersonal relations)
·
Kenyamanan
(Amenities
Mutu pelayanan
kebidanan dapat diketahui apabila sebelumnya telah dilakukan penilaian. Dalam
praktiknya melakukan penilaian tidaklah mudah, karena mutu dalam pelayanan
kebidanan bersifat multidimensional. Artinya setiap orang dapat berbeda
persepsi penilaiannya tergantung dari dimensi penilaian yang dipakai.
Robert dan
Prevost (dalam Saifudin, 2006) menyatakan perbedaan dimensi penilaian yaitu :
a.
Bagi pemakai jasa pelayanan, mutu
terkait dengan dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan klien, kelancaran
komunikasi, keprihatinan dan keramahtamahan petugas terhadap klien
b.
Bagi penyelengara pelayanan, mutu
terkait dengan dimensi kesesuaian pelayanan dengan perkembangan ilmu dan
teknologi, serta otonomi profesi sesuai dengan kebutuhan klien
c.
Bagi penyandang dana, nutu terkait
dengan dimensi efisiensi pemakaian dana, kewajaran pembiayaan dan kemampuan menekan
beban biaya.
Untuk mengatasi
adanya perbedaan dimensi ini disepakati bahwa penilaian mutu berpedoman pada
hakekat dasar untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan kesehatan (health needs
and demannds) klien pengguna pelayanan yang apabila berhasil akan menghasilkan
kepuasan (client satisfaction) terhadap pelayanan kebidanan yang
diselenggarakan. Maka mutu pelayanan kebidanan menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan rasa puas pada klien. Makin sempurna
kepuasan, maka semakin sempurna pelayanan yang dilakukan.
Berkaitan
dengan kepuasan, terdapat masalah pokok yang ditemukan yaitu kepuasan bersifat
subjektif. Tiap orang memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Sekalipun
pelayanan kebidanan telah memuasakan klien, tetapi masih banyak ditemukan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar profesi dan kode etik. Untuk
mengatasi masalah ini dilakukan pembatasan, yaitu:
a. Pembatasan pada
derajat kepuasan pasien
Pengukuran kepuasan dilakukan tidak secara individual,
tetapi yang dipakai adalah kepuasan rata-rata. Pelayanan kebidanan bermutu
apabila dapat memuaskan rata-rata klien
b.
Pembatasan pada upayan yang dilakukan
Pelayanan kebidanan yang menimbulkan kepuasan harus
memenuhi kode etik dan standar pelayanan kebidanan.
Mutu pelayanan
kebidanan merujuk pada tingkat kesempurnaan yang dapat memuaskan dengan tingkat
rata-rata klien serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar
profesi kebidanan.
Menurut Amiruddun (2007) dalam pelakukan penilaian mutu ada
tiga pendekatan penilaian mutu, yaitu :
1.
Struktur
ü Struktur meliputi sarana fisik
perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya
manusia lainnya di fasilitas kesehatan.
ü Struktur = input
ü Baik tidaknya struktur sebagai input
dapat diukur dari :
o
Jumlah,
besarnya input
o
Mutu
struktur atau mutu input
o
Besarnya
anggaran atau biaya
o
Kewajaran
2.
Proses
ü Proses merupakan semua kegiatan yang
dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan (dokter, perawat dan
tenaga profesi lain) dan interaksinya dengan klien
ü Proses mencakup diagnosa, rencana
pengobatan, indikasi tindakan, prosedur dan penanganan kasus.
ü Baik tidaknya proses dapat diukur
dari :
o
Relevan
tidaknya proses itu bagi klien
o
Fleksibilitas
dan efektifitas
o
Mutu
proses itu sendiri sesuai dengan standar pelayananyang semestinya
o
Kewajaran,
tidak kurang dan tidak berlebihan
o
3.
Outcomes
ü Outcome adalah hasil akhir kegiatan
dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien
ü Dapat berarti adanya perubahan derajat
kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif.
ü Outcome jangka pendek adalah hasil
dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu.
ü Outcome jangka panjang adalah status
kesehatan dan kemampuan fungsional klien
2. Siklus PDCA
Konsep siklus PDCA pertama kali diperkenalkan
oleh Walter Shewhart pada tahun 1930 yang disebut dengan “Shewhart cycle“.PDCA, singkatan bahasa Inggris dari 'Plan, Do, Check, Act'
('Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak lanjuti'), adalah suatu proses pemecahan masalah empat langkah interatif yang
umum digunakan dalam pengendalian kualitas. Selanjutnya konsep ini dikembangkan
oleh Dr. Walter Edwards Deming yang kemudian dikenal dengan ”The Deming
Wheel”(Tjitro, 2009)
Metode ini
dipopulerkan oleh W. Edwards Deming, yang
sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga
disebut dengan siklus Deming. Deming sendiri selalu merujuk metode ini
sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A.
Shewhart, yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistis. Siklus PDCA berguna sebagai pola
kerja dalam perbaikan suatu proses atau system sehaingga mutu pelayanan
kesehatan.
PDCA merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari
perencanaan kerja, pelaksanaan kerja,pengawan kerja dan perbaikan kerja yang
dilakukan terus menerus dan berkesinambungan mutu pelayanan. Siklus PDCA
digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk penyelesaian masalah dalam rangka
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Siklus
PDCA terdiri dari empat tahapan, yaitu:
1)
Perencanaan ( Plan )
Tahapan pertama
adalah membuat suatu perencanaan. Perencanaan merupakan suatu upaya menjabarkan
cara penyelesaian masalah yang ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang
lengkap serta saling terkait dan terpadu sehingga dapat dipakaisebagai pedoman
dalam melaksanaan cara penyelesaian masalah. Hasil akhir yang dicapai dari
perencanaan adalah tersusunnya rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang
akan diselenggarakan. Rencana kerja penyelesaian masalah mutu yang baik
mengandung setidak-tidaknya tujuh unsur rencana yaitu:
a) Judul rencana
kerja (topic),
b) Pernyataan
tentang macam dan besarnya masalah mutu yang dihadapi (problem statement),
c) Rumusan tujuan
umum dan tujuan khusus, lengkap dengan target yang ingin dicapai (goal,
objective, and target),
d) Kegiatan yang
akan dilakukan (activities),
e) Organisasi dan
susunan personalia pelaksana (organization and personnels)
f) Biaya yang
diperlukan (budget),
g) Tolak ukur
keberhasilan yang dipergunakan (milestone).
2)
Pelaksanaan ( Do )
Tahapan kedua yang
dilakukan ialah melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika pelaksanaan
rencana tersebut membutuhkan keterlibatan staf lain di luar anggota tim, perlu
terlebih dahulu diselenggarakan orientasi, sehingga staf pelaksana tersebut
dapat memahami dengan lengkap rencana yang akan dilaksanakan.
Pada tahap ini
diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan pimpinan manajerial. Untuk
dapat mencapai kerjasama yang baik, diperlukan keterampilan pokok manajerial,
yaitu :
a) Keterampilan
komunikasi (communication) untuk menimbulkan pengertian staf terhadap
cara pentelesaian mutu yang akan dilaksanakan
b) Keterampilan
motivasi (motivation) untuk mendorong staf bersedia menyelesaikan cara
penyelesaian masalah mutu yang telah direncanakan
c) Keterampilan
kepemimpinan (leadershif) untuk mengkordinasikan kegiatan cara
penyelesaian masalah mutu yang dilaksanakan
d) Keterampilan
pengarahan (directing) untuk mengarahkan kegiatan yang dilaksanakan.
3)
Pemeriksaan ( Check )
Tahapan ketiga
yang dilakukan ialah secara berkala memeriksa kemajuan dan hasil yang dicapai
dan pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan dari pemeriksaan untuk
mengetahui :
a) Sampai seberapa
jauh pelaksanaan cara penyelesaian masalahnya telah sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan
b) Bagian mana
kegiatan yang berjalan baik dan bagaian mana yang belum berjalan dengan baik
c) Apakah
sumberdaya yang dibutuhkan masih cukup tersedia
d) Apakah cara
penyelesaian masalah yang sedang dilakukan memerlukan perbaikan atau
Untuk dapat
memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian masalah, ada dua alat bantu yang sering
dipergunakan yakni
a) Lembaran
pemeriksaan (check list)
Lembar
pemeriksaan adalah suatu formulir yang digunakan untuk mencatat secara periodik
setiap penyimpangan yang terjadi. Langkah pembuatan lembar pemeriksan adalah:
· Tetapkan
jenis penyimpangan yang diamati
· Tetapkan
jangka waktu pengamatan
· Lakukan
perhitungan penyimpangan
b) Peta kontrol (control
diagram)
Peta kontrol
adalahsuatu peta / grafik yang mengambarkan besarnya penyimpangan yang terjadi
dalam kurun waktu tertentu. Peta kontrok dibuat bedasarkan lembar pemeriksaan.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembuatan peta kontrol adalah :
· Tetapkan
garis penyimpangan minimum dan maksimum
· Tentukan
prosentase penyimpangan
· Buat grafik
penyimpangan
· Nilai grafik
4)
Perbaikan (Action)
Tahapan keempat
yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan rencana kerja. Lakukanlah
penyempurnaan rencana kerja atau bila perlu mempertimbangkan pemilihan dengan
cara penyelesaian masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah
diperbaiki tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau kemajuan
serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari kemajuan serta hasil
tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
A.
PENGERTIAN DIARE
Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga
kali sehari, disertai dengan perubahan konsisten tinja (menjadi cair) dengan
atau tanpa darah.Secara klinik dibedakan tiga macam sindroma diare yaitu diare
cair akut, disentri, dan diare persisten.
Sedangkan
menurut menurut Depkes RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda
adanya perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja, yang melembek sampai
mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau
lebih dalam sehari .
Menurut
Simadibrata (2006) diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih
banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.
Diare akut
diberi batasan sebagai meningkatnya kekerapan, bertambah cairan, atau bertambah
banyaknya tinja yang dikeluarkan, akan tetapi hal itu sangat ocialc terhadap
kebiasaan yang ada pada penderita dan berlangsung tidak lebih dari satu minggu.
Apabila diare berlangsung antara satu sampai dua minggu maka dikatakan diare
yang berkepanjangan (Soegijanto, 2002).
B.
KLASIFIKASI DIARE
Departemen Kesehatan RI (2000),
mengklasifikasikan jenis diare menjadi empat kelompok yaitu:
1.
Diare
akut: yaitu diare yang berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang
dari tujuh hari).
2.
Disentri;
yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya.
3.
Diare
persisten; yaitu diare yang berlangsung lebih dari empat belas hari secara
terus menerus.
4.
Diare
dengan masalah lain: anak yang menderita diare (diare akut dan persisten)
mungkin juga disertai penyakit lain seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
Menurut Suraatmaja, (2007)di bagi
menjadi 2 yaitu:
1. Berdasarkan lamanya diare:
a. Diare akut, yaitu diare yang
berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilanganberat badan atau berat badan tidak
bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologi.
a. Diare sekresi (secretory diarrhea)
b. Diare osmotic (osmotic diarrhea)
Diare akut dapat mengakibatkan:
1.
kehilangan
air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan dehidrasi,
asidosis ocialc dan hypokalemia.
2.
Gangguan
sirkulasi darah, dapat berupa renjatan hipovolemik sebagai akibat diare dengan
atau tanpa disertai muntah,
3.
Gangguan
gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan berlebihan karena diare dan muntah
(Soegijanto, 2002).
C.
ETIOLOGI
Diare dapat menyebabkan hilangnya
sejumlah besar air dan elektrolit, terutama natrium dan kalium dan sering
disertai dengan asidosis ocialc.Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan ocial
air dan atau keseimbangan serum elektrolit.Setiap kehilangan berat badan yang
melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari tubuh.Kehidupan bayi
jarang dapat dipertahankan apabila ocial melampaui 15% (Soegijanto, 2002).
Menurut World Gastroenterology Organization Global Guidelines 2005,
etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab:
1.
Bakteri
: Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus cereus, Clostridium
perfringens, Stafilokokus aureus, Campylobacter aeromonas.
2.
Virus
: Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus, Astrovirus.
3.
Parasit
: Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Balantidium coli, Trichuris
trichiura, Cryptosporidium parvum, Strongyloides stercoralis
4.
Non
infeksi : malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas,
imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.
(Simadibrata,
2006).
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan
P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat
dibagi dalam dua golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe),
disebabkan oleh:
a. Infeksi virus, kuman-kuman ocialc
dan apatogen seperti shigella, ocialc, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus,
clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang
disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang
pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa
dingin, alergi dan sebagainya.
b. Defisiensi imum terutama SIGA
(secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya
bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare ocial (ocial ocialc)
disebabkan oleh:
a. Malabsorpsi makanan: karbohidrat,
lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b. Kurang kalori protein.
c. Bayi berat badan lahir rendah dan
bayi baru lahir.
Sedangkan
menurut Ngastiyah (2005), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa ocial
yaitu:
1.
Faktor
infeksi
a. Infeksi enteral
Merupakan
penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus
(enteovirus, ocialcss, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus,
astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris,
strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas
homunis) jamur (canida albicous).
b. Infeksi parenteral ialah infeksi
diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA)
ocialcs/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan
ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2.
Faktor
malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
a. Faktor makanan
b. Faktor psikologis.
D.
CARA PENULARAN DIARE
Diare dapat
ditularkan dengan berbagai cara yang mengakibatkan timbulnya infeksi
antara lain:
1. Makanan dan minuman yang sudah
terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh
tangan yang kotor.
2. Bermain dengan mainan yang
terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/ mainan / apapun
kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara
sampai beberapa hari.
3. Pengunaan sumber air yang sudah
tercemar dan tidak memasak air dengan benar
4. Pencucian dan pemakaian botol
susu yang tidak bersih.
5. Tidak mencuci tangan dengan
bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan tinja anak yang
terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegan.
E.
MANIFESTASI KLINIS
Penderita dengan diare cair
mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan
bikarbonat.Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
kehilangan air juga meningkat bila ada panas.Hal ini dapat menyebabkan
dehidrasi, asidosis ocialc, dan hipovolemia.Dehidrasi merupakan keadaan yang
paling berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler
dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.Dehidrasi yang terjadi menurut
tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi ocialc, dehidrasi hipertonik
(hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.Menurut derajat dehidrasinya oci tanpa
dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie,
2010).
Diare akut karena infeksi dapat
disertai muntah-muntah, demam, tenesmus, hematoschezia, nyeri perut dan atau
kejang perut.Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa
rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang menimbulkan
renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis ocialc yang
berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat badan
berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol, turgor
kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh
deplesi air yang ocialc. Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka
perbandingannya dengan asam karbonat berkurang mengakibatkan penurunan Ph darah
yang merangsang pusat pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan
lebih dalam (pernapasan Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap
hipovolemik yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi
cepat (> 120 x/menit), tekanan darah menurun sampai tidak terukur.Pasien
mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan kadang-kadang sianosis.Karena
kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal
menurun sampai timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi
akan timbul penyulit nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan
gagal ginjal akut.
Tabel 1.1 Penilaian
Derajat Dehidrasi (Mansjoer, 2000).
Penilaian
|
Ringan
|
Sedang
|
Berat
|
Keadaan
umum
|
baik, sadar
|
gelisah,
rewel
|
lesu,
lunglai atau tidak sadar
|
Mata
|
Normal
|
cekung
|
sangat cekung
|
Air mata
|
ada
|
tidak ada
|
kering
|
Mulut
dan lidah
|
Basah
|
Kering
|
tidak ada, sangat kering
|
Rasa haus
|
minum
biasa, tidak haus
|
haus,
ingin minum banyak
|
malas/tidak
oci minum
|
Turgor kulit
|
Kembali
|
kembali
lambat
|
kembali
sangat lambat
|
Hasil
pemeriksaan
|
tanpa
dehidrasi
|
Dehidrasi
ringan, sedang, bila ada tanda ditambah satu atau lebih tanda lain.
|
Bila
ada satu tanda ditambah satu atau lebih tanda lain.
|
F.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium
pada diare adalah:
1. Feses
a. Makroskopis dan Mikroskopis
b. Ph dan kadar gula pada tinja dengan
kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Biakan dan uji resisten.
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa
dalam darah, dengan menentukan Ph dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas
darah.
3. Ureum kreatinin untuk mengetahui
faal ginjal.
4. Elektrolit terutama natrium, kalium
dan fosfor dalam serium.
5. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk
mengetahui jenis jasad renik atau parasit.
G.
PENCEGAHAN
Pada dasarnya ada tiga tingkatan
pencegahan penyakit secara umum yakni: pencegahan tingkat pertama (Primary
Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan
tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta
pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang
meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).
1. Pencegahan Primer
Pencegahan
primer penyakit diare dapat ditujukan pada social penyebab, lingkungan dan social
pejamu.Untuk social penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme
penyebab diare dihilangkan.Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan,
perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk
meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan
status gizi dan pemberian imunisasi
a. Penyediaan Air Bersih
Sebagian
besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka
dapat ditularkan dengan memasukkan kedalam mulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang
disiapkan dalam panic yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI, 2006). Masyarakat
yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko
menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak
mendapatkan air bersih (Depkes RI, 2006).
b. Tempat Pembuangan Tinja
Tempat
pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko
terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan
keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat
sanitasi (Wibowo, 2003).
c. Status Gizi
Pada
ada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan kekebalan
sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan
nonspesifik terhadap kelompok ocialc berkurang (Suharyono, 1986)
d. Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Pada
bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan pertama kehidupan resiko
terkena diare adalah 30 kali lebih besar. Pemberian susu formula merupakan cara
lain dari menyusui. Penggunaan botol untuk susu formula biasanya menyebabkan
risiko tinggi terkena diare sehingga oci mengakibatkan terjadinya gizi buruk
(Depkes RI, 2006
e. Kebiasaan Mencuci Tangan
Kebiasaan
yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan
kuman diare adalah mencuci tangan.Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah
buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,
sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam
kejadian diare (Depkes RI, 2006).
f. Imunisasi
Diare
sering timbul menyertai campak sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat
mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah
berumur 9 bulan (Depkes RI, 2006).
Anak
harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan
disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang
menderita campak dalam 4 mingggu terakhir.Hal ini sebagai akibat dari penurunan
kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat
imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC,
imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta
imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio (Depkes RI, 2006).
2. Pencegahan Skunder
Pencegahan
tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang
terancam akan menderita yaitu dengan menentukan ocialc dini dan pengobatan yang
cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi.
Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit
(rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare.Diare dapat disebabkan oleh banyak
ocial seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang.Pengobatan yang
diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien.Obat diare dibagi menjadi
tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri
atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang
membantu menghi langkan kejang perut yang tidak menyenangkan.Sebaiknya jangan
mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan
menentukan obat yang disesuaikandengan penyebab diarenya ocial bakteri,
parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum
sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan
tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan
kematian akibat dehidrasi.Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan
pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin.Pada tingkat ini juga
dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari
penyakit diare.Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkon sumsi
makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan.Rehabilitasi juga dilakukan
terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut
memberikan dukungan secara mental kepada anak.Anak yang menderita diare selain
diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan
kebutuhan ocial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman
sepermainan.
H.
PEANGOBATAN
Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip
tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima Langkah Tuntaskan
Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO.
Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki
kondisi usus serta mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun
program LINTAS DIARE yaitu:
1. Rehidrasi menggunakan Oralit
osmolalitas rendah
2. Zinc diberikan selama 10 hari
berturut-turut
3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan
4. Antibiotik Selektif
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
a.
Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi
dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan memberikan oralit osmolaritas
rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah tangga seperti air tajin,
kuah sayur, air matang.Oralit saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit
yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan
muntah.Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk
mengganti cairan yang hilang.Bila penderita tidak oci minum harus segera di
bawa ke sarana kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui
ocial.Pemberian oralit didasarkan pada derajat dehidrasi (Kemenkes RI, 2011).
1. Diare tanpa dehidrasi
Umur
< 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur
1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur
diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
2. Diare dengan dehidrasi ringan sedang
Dosis
oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
3. Diare dengan dehidrasi berat
Penderita
diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di
ocial.(Kemenkes RI, 2011)
Untuk
anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1
sendok setiap 1 sampai 2 menit. Pemberian dengan botol tidak boleh
dilakukan.Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas.Bila terjadi
muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan
misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit.Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai
dengan diare berhenti (Juffrie, 2010).
b.
Zinc
Zinc merupakan salah satu
mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama
diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare (Kemenkes RI, 2011).
Pemberian Zinc selama diare terbukti
mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang
air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare
pada 3 bulan berikutnya.Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi
Zinc segera saat anak mengalami diare. Dosis pemberian Zinc pada balita:
1. Umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg)
per hari selama 10 hari
2. Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg)
per hari selama 10 hari.
Zinc
tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti. Cara pemberian
tablet zinc : Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matangatau ASI, sesudah
larut berikan pada anak diare (Kemenkes RI, 2011).
c.
Pemberian
ASI/makanan
Pemberian makanan selama diare
bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap
kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan.Anak yang masih minum
ASI harus lebih sering di beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang
telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan
diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan
berat badan (Kemenkes RI, 2011).
d.
Pemberian
antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan
secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh
bakteri.Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah
(sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera (Kemenkes RI, 2011).
e.
Pemberian
Nasihat
Menurut Kemenkes RI (2011), ibu atau
pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:
1. Cara memberikan cairan dan obat di
rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita
ke petugas kesehatan bila :
a. Diare lebih sering
b. Muntah berulang
c. Sangat haus
d. Makan/minum sedikit
e. Timbul demam
f. Tinja berdarah
g. Tidak membaik dalam 3 hari.
Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat
berupa :
a. Kemoterapi
b. Obstipansia
c. Spasmolitik
d. Probiotik
1.
Kemoterapi.
Untuk terapi kausal yang memusnahkan
bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan sulfonamide tau antibiotic
2.
Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan
diare, yaitu dengan cara :
a. Menekan peristaltic usus (loperamid)
b. Menciutkan selaput usus atau
adstringen (tannin)
c. Pemberian adsorben untuk menyerap
racun ayng dihasilkan bakteri atau racun penyebab diare yang lain (carbo
adsorben, kaolin)
d. Pemberian mucilage untuk melindungi
selaput lender usus yang luka
3.
Spasmolitik
Zat yang dapat melemaskan
kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare (ocialc sulfat)
4.
Probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh
Lactobacillus dan bifidobacteria (disebut
Lactid Acid Bacteria / LAB) merupakan probiotik yang dapat menghasilkan
antibiotic alami yang dapat mencegah / menghambat pertumbuhan bakteri pathogen.
LAB dpat menghasilkan asam laktat yang mneybabkan Ph usus menjadi asam, suasana
asam akan menghambat pertumbuhan bakteri pathogen. LAB ini dapat membantu
memperkuat dan memperbaiki pencernaan bayi, mencegah diare.
I.
KOMPLIKASI
Menurut Ngastiyah (2005) komplikasi dari daire ada :
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat,
hipotonik, ocialc atau hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia(dengan gejala
meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram.
4. Hipoglikemia.
5. Intoleransi sekunder akibat
kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase.
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi
hipertonik.
7. Malnutrisi ocial protein, (akibat
muntah dan diare, jika lama atau kronik).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
PLAN:merencanakan
o
Judul
rencana : penurunan angka diare akut di
RSUD Sehat Sentosa
o
Rumusan
pernyataan dan uraian masalah
70% diare akut di RSUD Sehat Sentosa
pada bulan januari 2013 mengalami peningkatan. Diare akut: yaitu diare yang
berlangsung kurang dari empat belas hari (umumnya kurang dari tujuh hari).
Diare akut terjadi karena:
1. Faktor infeksi
a. infeksi enteral: infeksi saluran
pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak
b. infeksi parenteral: merupakan
infeksi diluar system pencernaan makanan yang dapat menimbulkan diare seperti
otitis media akut (OMA), konsilitis/ konsilofaringitis, bronkopneumonia, dll.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan
basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis
Rasa
takut dan cemas
Diare akut dengan dehidrasi berat
pada anak, bila tidak segera ditangani secara baik dan benar bisa menyebabkan
kematian.
o
Rumusan
tujuan:
Menurunkan angka diare akut pada anak di RSUD Sehat Sehat
Sentosa dari 70% pada bulan januari 2013 menjadi 30% pada bulan maret 2013
o
Uraian
kegiatan:
Rencana asuhan pada pasien diare akut antara lain antara
lain :
1. Lakukan rehidrasi
2. Kolaborasi dengan dokter spesialis
anak
3. Pemberian terapi peroral maupun
parenteal sesuai advis dokter
4. Lakukan pemeriksaan TTV dan teruskan
observasi TTV
5. Berikan nurisi/diet pada pasien
diare dengan rendah serat
6. Observasi intake dan output
7. Berikan KIE tentang kebersihan diri
o
Metode
dan kriteria penilaian:
1.
menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
2.
status
gizi harus seimbang
3.
kebiasaan
mencuci tangan
o
Waktu
No.
|
Kegiatan
|
Januari
|
Februari
|
Maret
|
||||||||||||||||||
1
|
Melakukan
rehidrasi
|
O
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
2
|
Pemberian
terapi peroral maupun parenteal sesuai advis dokter
|
O
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
3
|
Melakukan pemeriksaan TTV dan
teruskan observasi TTV
|
O
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
4
|
Memberikan nurisi/diet pada pasien
diare dengan rendah serat
|
O
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
5
|
Mengobservasi
intake dan output
|
O
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
6
|
Evaluasi
dari factor penyebab diare
|
O
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
7
|
Memberikan
KIE tentang kebersihan diri
|
O
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||
8
|
Evaluasi
|
O
|
|
|
|
O
|
|
|
|
O
|
|
|
|
|||||||||
o
Pelaksana
bertugas
untuk mengidentifikasi
- 1
orang bertugas Kegiatan ini dilaksanakan oleh 3 orang yaitu :
- 1
orang untuk penyuluhan
- 1
orang bertugas untuk evaluasi
o
Biaya
Tidak
Ada
DO : Melaksanakan
1. Melakukan rehidrasi
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter
spesialis anak
3. Pemberian terapi peroral maupun
parenteal sesuai advis dokter
4. Melakukan pemeriksaan TTV dan
teruskan observasi TTV
5. Memberikan nurisi/diet pada pasien
diare dengan rendah serat
6. Mengobservasi intake dan output
7. Memberikan KIE tentang kebersihan
diri
CHECK : Mengamati
perubahan/pemeriksaan
No
|
Kegiatan
|
Dilakukan
|
Tidak dilakukan
|
1
|
menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
|
|
ü
|
2
|
status
gizi harus seimbang
|
ü
|
|
3
|
kebiasaan
mencuci tangan
|
ü
|
|
Action : Perbaikan
Dalam
pelaksanaan perencanaan kegiatan penurunan angka diare akut pada anak di RSUD
Sentosa Sehat ditemukan bahwa faktor kebersihan yang menjadi penyebab
terjadinya diare akut pada anak. Setelah dilakukan evaluasi pada tahap check
ditemukan kurangnya menjaga kebersihan pasien sehingga ini merupakan factor
utama terjadinya diare akut. Oleh karena itu dilakukan langkah perbaikan pada pasien
dengan cara mengajarkan cuci tangan yang benar, menjaga kebersihan perseorangan
dan kebersihan lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Saifuddin (2003), Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi, YBPSP, Jakarta
Amiruddin
(2007), Pendekatan Mutu dan Kepuasan Pelanggan dalam Pelayanan Kesehatan,
http://ridwanamiruddin.files.wordpress.com/2007/06/mutu-ugd-rs-swasta-bapelkes-210607.ppthttp://puslit.petra.ac.id/journals/mechanical/
Depkes
RI. (2005). Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas. Depkes RI.
Juffrie,
Mohammad. Dkk. (2010).Gastroenterologi-hepatologi
Jilid I. Jakarta: IDAI.
Mansjoer,Arif, dkk., (2000). Kapita
Selekta Kedokteran, Edisi 3. Jakarta: Medica Aesculpalus FKUI.
Ngastiyah,
(2005).Perawatan Anak Sakit.
Jakarta ; EGC
Soegijanto
S. 2006. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan
Penatalaksanaan”. Surabaya: Airlangga University Press.
Suraatmaja,
S. (2007).Aspek Gizi Air Susu Ibu.Jakarta:
EGC.
Ada Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapusAda Obat Herbal Alami yang aman & efektif. Untuk Panggilan Cure Total +2349010754824, atau email dia drrealakhigbe@gmail.com Untuk Janji dengan (Dr.) AKHIGBE hubungi dia. Pengobatan dengan Obat Herbal Alami. Untuk: Demam Berdarah, Malaria. Menstruasi yang Nyeri atau Tidak Teratur. HIV / Aids. Penderita diabetes. Infeksi vagina. Keputihan Vagina. Gatal Dari Bagian Pribadi. Infeksi payudara. Debit dari Payudara. Nyeri & Gatal pada Payudara. Nyeri perut bagian bawah. Tidak Ada Periode atau Periode Tiba-tiba Berhenti. Masalah Seksual Wanita. Penyakit Kronis Tekanan Darah Tinggi. Rasa sakit saat berhubungan seks di dalam Pelvis. Nyeri saat buang air kecil. Penyakit Radang Panggul, (PID). Menetes Sperma dari Vagina Serta Untuk jumlah sperma rendah. Penyakit Parkinson. Lupus. Kanker. TBC Jumlah sperma nol. Bakteri Diare.Herpatitis A&B, Rabies. Asma. Ejakulasi cepat. Batu empedu, Ejakulasi Dini. Herpes. Nyeri sendi. Pukulan. Ereksi yang lemah. Erysipelas, Tiroid, Debit dari Penis. HPV. Hepatitis A dan B. STD. Staphylococcus + Gonorrhea + Sifilis. Penyakit jantung. Pile-Hemorrhoid. Rematik, tiroid, Autisme, pembesaran Penis, Pinggang & Nyeri Punggung. Infertilitas Pria dan Infertilitas Wanita. Dll. Ambil Tindakan Sekarang. hubungi dia & Pesan untuk Pengobatan Herbal Alami Anda: +2349010754824 dan kirimkan email ke drrealakhigbe@gmail.com Catatan Untuk Pengangkatan dengan (Dr.) AKHIGBE. Saya menderita kanker selama setahun dan tiga bulan meninggal karena sakit dan penuh patah hati. Suatu hari saya mencari melalui internet dan saya menemukan kesaksian penyembuhan herpes oleh dokter Akhigbe. Jadi saya menghubungi dia untuk mencoba keberuntungan saya, kami berbicara dan dia mengirimi saya obat melalui jasa kurir dan dengan instruksi tentang cara meminumnya. . Saya tidak benar-benar tahu bagaimana itu terjadi tetapi ada kekuatan dalam pengobatan herbal Dr Akhigbe. Dia adalah dokter jamu yang baik.
BalasHapus